Makalah ISBD: Perkembangan Pola Pikir Manusia Mengacu pada Mitos, Gejolak Dunia Islam dan Perkembangan di Eropa
Posted by : Unknown
Jumat, 25 April 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang
tidak dimiliki oleh makhluk
lain(makhluk hewan dan tumbuhan).Ciri-ciri tersebut adalah manusia
memiliki akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dan lain-lain.
Bila dibandingkan dengan makhluk lain, tubuh manusia lebih lemah, tetapi
rohaninya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih kuat dan lebih maju di banding
makhluk lain. Hal ini terbukti,saat inimanusia
telah mampu menguasai dunia dan hewan. Itu semua dapat terjadi karena hanya
manusia yang memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu
terhadap benda dan semua peristiwa yang terjadi disekitarnya, bahkan juga
ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan
pikiran manusia didasari dari dorongan rasa
ingin tahu dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu pada manusia tidak
sama, selalu berkembang seakan
tiada batas yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Perkembangan pola pikir manusia mengacu
pada mitos
2. Perkembangan pola pikir manusia di dunia
Islam
3. Perkembangan pola pikir manusia di Eropa
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Secara operasional, manfaat yang
diharapkan yang diharapkan dari tugas ini adalah Secara operasional, manfaat yang
diharapkan dari tugas ini adalah manfaat teoritis & manfaat praktis.
Manfaat
teoritis yang diharapkan adalah
memperkaya kajian ilmu alamiah dasar khususnya tentang perkembangan pola pikir
manusia di Eropa dan dunia Islam. Manfaat praktis yang diharapkan dari tugas
ini adalah bagi para pembaca dapat menambah pemahaman tentang perkembangan pola
pikir manusia di Eropa dan dunia Islam.
BAB
ll
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mitos, Legenda dan
Cerita Rakyat
Mitos adalah sebuah imajinasi dari
manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala alam yang ada pada saat itu yang
dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib. Namun, disebabkan oleh
keterbatasan manusia dalam menjelaskan hal tersebut sehingga cenderung
diidentikkan dengan seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta sesuatu yang berbau
mistis. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif. Rasa ingin tahu
manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun
pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu.
Legenda adalah sebuah cerita yang dirangkai secara turun
temurun dan dipercayai oleh masyarakat karena terbukti secara logis dalam
pendeskripsian ceritanya, cenderung mengemukakan kehadiran seorang tokoh yang
dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contohnya:
1. Tangkuban
perahu yang berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan kemarahan
sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan pinta calon pinangannya yang
merupakan ibu kandungnya sendiri.
2. Sangkuriang
3. La
Madukelleng
4. William
Tell
5. Lutung
Kasarung
Cerita Rakyat merupakan suatu peristiwa yang dikisahkan untuk
menjelaskan akan terjadinya sesuatu yang ada dimuka bumi ini. salah satu contoh
kisah rakyat yakni tangkuban perahu sebagai perwujudan kemarahan sangkuriang
yang telah gagal dalam mewujudkan calon pinangannya yang merupakan ibu
kandungnya sendiri. Kisah bawang merah dan bawang putih yang telah kita kenal
sejak dahulu dapat menjadi salah satu contoh dalam hal ini.
Contohnya :
1. Malin
Kundang
2. Si
Pitung
3. Timun
Mas
2.2 Perkembangan Pola Pikir Manusia
Mengacu pada Mitos
Perkembangan alam pikiran manusia
sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah
yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam.
Manusia sebagai makhluk mempunyai
ciri-ciri :
a.
Memiliki organ tubuh yang komplek
dan sangat khusus terutama otaknya.
b.
Mengadakan pertukaran zat, yakni
adanya zat yang masuk dan keluar.
c.
Memberikan tanggapan terhadap
rangsangan dari dalam dan dari luar.
d.
Memiliki potensi berkembang biak.
e.
Tumbuh dan bergerak.
f.
Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.
Meninggal atau mati.
Manusia sebagai makhluk berpikir
mempunyai hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi
disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu
inilah manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam
besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan
masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan
memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh ini
akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan panca indera saja,
tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau
buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul
masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu
apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan
pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang
baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Rasa ingin tahu manusia terus
berkembang melalui pengamatan dan pengalaman inderawi sehingga mampu menemukan
apa yang diinginkannya, tetapi karena memang manusia adalah mahkluk yang tidak
mudah puas dengan apa yang telah mereka ketahui bahkan sering menemukan
jawaban-jawaban yang tidak dapat memecahkan masalah dan tidak memuaskan
dirinya, pada masa kuno sering mereka mencoba mencari-cari jawaban dengan
mereka-reka bahasa untuk memuaskan dirinya terhadap fenomena alam yang dilihat,
dirasakan, didengar maupun dicium oleh mereka. Misalnya apa pelangi itu? Sebenarnya mereka tidak mampu menjawab atas
pertanyaan itu, tetapi untuk kepuasan maka mereka mencoba mencari-cari jawaban
yang sekiranya dapat memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain, sehingga
mereka menjawab bahwa pelangi itu adalah selendang
bidadari yang sedang mandi, dari jawaban tersebut muncul pengetahuan
baru yakni bidadari. Selanjutnya tentang pertanyaan mengapa gunung meletus? sekali lagi mereka tidak mampu menjawab
tapi dengan alasan kepuasan mereka menjawab gunung itu meletus karena yang punya gunung sedang marah, dari
jawaban itu muncullah pengetahuan baru yang punya gunung, sehingga mereka
memperluas pengetahuannya dengan anggapan segala sesuatu itu ada yang punya,
mereka percaya kalau laut itu ada yang punya, angin ada yang punya, pohon besar
ada yang punya dan lain-lain. Oleh karenanya untuk menghilangkan rasa kecemasan
dari yang punya gunung, laut, pohon besar dan lainnya tidak marah maka mereka
melakukan upacara ritual baik dengan cara membaca mantra-mantra,
gerakan-gerakan tarian, penyajian sesajen dan lain-lain.
Pengetahuan-pengetahuan itu merupakan penggabungan dari pengalaman-pengalaman
indrawi dan kepercayaan dan disebut dengan mitos. Cerita-cerita mitos itu disebut legenda. Mengapa mitos dapat diterima pada saat itu sebagai
suatu kebenaran hal ini karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan inderawi,
keterbatasan penalaran dan hasrat ingin tahunya yang segera ingin dipenuhi.
Rasa
ingin tahu pada manusia adalah merupakan karunia Allah kepada manusia,
sebagaimana firman Allah kepada Malaikat, bahwa Allah akan menciptakan seorang
Khalifah (Adam as) di muka bumi, kemudian Allah mengajarkan Adam nama-nama
seluruh ciptaan-Nya. Firman Allah SWT.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama
(benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda-benda itu, jika kamu memang
benar”.
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui, selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana”.
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama benda itu “.
(QS al-Baqarah: 31,32 dan 33).
Beberapa
keterbatasan alat indra manusia sebagai penyebab munculnya mitos adalah :
1.
Alat Penglihatan
Banyak benda yang bergerak sangat
cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata, mata tak dapat membedakan
benda-benda. Demikian juga jika benda berada pada tempat yang jauh mata kita
tak dapat melihat dengan jelas.
2. Alat
Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai
frekuensi dari 30 - 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga puluh atau diatas
tiga puluh ribu per detik tak terdengar.
3. Alat Pencium dan Pengecap
Manusia hanya dapat membedakan empat jenis rasa, yakni manis,
masam, asin dan pahit. Bau parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh
hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian.
4. Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat
membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif atau tergantung pada kondisi
sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat observasi yang tepat.
Mengapa mitos dapat diterima
kebenarannya pada masa itu disebabkan beberapa faktor di bawah ini, yaitu :
a.
Keterbatasan pengetahuan yang
disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
b.
Keterbatasan
penalaran manusia pada saat itu.
c.
Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Sementara berdasarkan sejarah
perkembangan jiwa manusia baik secara individu maupun kelompok, menurtut
Auguste Comte (1798 – 1857 M ) menjelaskan akan berlangsung dalam tiga
tahap, yaitu :
1.
Tahap Teologi/Fiktif
Pada tahap teologi atau fiktif, manusia berusaha untuk
mencari dan menemukan sebab pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu, dan
selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya
selalu diletakan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan
bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau
kekuatan gaib lainnya.
2.
Tahap Filsafat/Metafisik/Abstrak
Tahap metafisika atau abstrak, merupakan tahapan manusia
masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi
menyandarkan diri pada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada
akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan
hakikat sesuatu.
3.
Tahap Positif atau Ilmiah Riil
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah
mampu berpikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah
dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan
perbandingan.
Puncak perkembangan pemikiran mitos
adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira 700 – 500 SM pada zaman ini mereka
sudah mampu menelaah bentuk bumi sehingga mereka berpendapat bahwa bumi ini
berbentuk setengah bola, bumi sebagai hamparan dan langit beserta bintang-bintang
sebagai atap, bahkan yang lebih menakjubkan mereka sudah mengenal bidang edar
matahari sehingga mereka tahu bahwa dalam setiap 365,25 hari matahari beredar
kembali pada titik semula dan ini yang disebut waktu tahun.
Pengamatan terhadap angkasa raya memiliki
daya tarik tersendiri pada masa itu, sehingga pengetahuan dalam bidang ini
cukup pesat, maka munculah pengetahuan rasi-rasi perbintangan yang sekarang
kita kenal yakni : rasi scorpio, rasi virgo, rasi pisces, rasi leo dan
sebagainya rasi-rasi ini erat kaitannya dengan peramalan nasib manusia dan
dikenalah dengan astrologi.
Karena pengetahuan ini hanya bersifat peramalan, imajiner, dugaan dan
kepercayaan maka pengetahuan ini disebut Pseudo
science (sain palsu) yakni pengetahuan mitos yang dikaitkan dengan fenomena
alam yang sebenarnya (mirip sebenarnya tetapi bukan sebenarnya). Sain palsu
tersebut sangat berpengaruh pada para pemikir filosuf yunani seperti Thales (
624-549) ia berpendapat bahwa bumi ini adalah sebuah piring yang terapung di
atas air, ia pula yang pertama kali menggagas asal mula benda dan menurutnya
semua kehidupan berawal dari air, hal ini merupakan awal pemikiran yang sangat
besar karena mampu mengalihkan pemikiran mitos yang menganggap semua yang ada
dibumi ini adalah ciptaan dewa, pengaruh pemikiran Thales ini telah menggiring
pemikiran bangsa yunani untuk meninggalkan berfikir mitos secara
perlahan-lahan. Generasi filosuf Yunani yang telah berhasil menyumbangkan buah
pikirannya diantaranya adalah :
A. Anaximander, Seorang pemikir kontemporer pada masa
Thales. Dia berpendapat bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya separuh
saja. Langit dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi, Ia berhasil
membuat jam matahari yang menggunakan tongkat yang tegak lurus dipermukaan
bumi, bayangan tongkat dijadikan petunjuk waktu (jam tongkat) pada tahun 70-an
sering kita temukan jenis ini di masjid untuk pedoman waktu shalat.
B. Anaximenes, (560-520) Ia berpendapat unsur dasar
pembentuk benda adalah air, hal ini sependapat dengan Thales. Yang dikembangkan
bahwa air merupakan wujud benda yang dapat berubah merenggang menjadi api, dan
memadat menjadi tanah konsep ini menjadi awal kansep transmutasi benda.
C. Herakleitos (560-470), Ia menyangkal konsep Anaximenes,
menurutnya apilah yang menjadi dasar transmutasi benda, karena tanpa api benda
akan tetap seperti adanya.
D. Phytagoras (500 SM), Ia berpendapat bahwa sebenarnya yang
menjadi unsur dasar pembentuk benda adalah terdiri empat unsur dasar yaitu
tanah, api, udara dan air. Phytagoras sangat terkenal sebagai ahli matematika dan
penemu Dalil Phytagoras
E. Demokritos
(460-370), Pendapatnya adalah bahwa suatu benda dibelah secara terus menerus
akan menghasilkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Bagian
terkecil itu disebutnya Atomos atau atom, istilah atom ini sampai saat ini
masih dipergunakan sekalipun konsepnya tidak seperti lagi Demokritus.
F. Empedokles
(480-430 SM), Ia tergolong pendukung Phytagoras tentang empat unsur dasar
pembentuk benda : tanah, air ,api dan udara. Dia mengembangkan konsep tersebut
dengan mengenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya
tolak-menolak, kedua gaya tersebut dapat memisahkan atau menyatukan unsur dasar
pembentuk benda tersebut.
G. Plato
(427-345 SM), Ia memiliki cara berpikir yang berbeda dengan filosuf sebelumnya,
sebagai seorang sastrawan, ia tidak berpikir yang bersifat materialistik
sebagaimana para filosuf sebelumnya. Menurutnya bahwa keanekaraman yang
terlihat sekarang ini hanyalah sesuatu duplikat saja dari semua yang kekal dan
immaterial. Gajah yang bertubuh besar yang kita lihat hanyalah copy atau
duplikat belaka yang tidak sempurna, maka yang benar adalah idea gajah.
Selanjutnya konsep ini dikenal dengan konsep alam idea Plato.
H. Ariestoteles
( 384-322 SM), Ia seorang pemikir besar pada jamannya dan dikenal sebagai
perangkum intisari konsep-konsep filosuf sebelumnya dan memperbaiki
konsep-konsep yang dianggap tidak benar menurut pemikirannya yang selalu
rasional dan Ia menjelaskan tentang Zat tunggal yang disebut Hule sebagai pembentuk dasar benda
yang keberadaannya tergantung pada kondisi, sehingga ia dapat berubah menjadi
tanah, air, udara dan api yang mengalami transmutasi akibat kondisi dingin,
lembab, panas dan kering. Dalam kondisi lembab dan panas hule akan berwujud
api, sedang dalam kondisi kering dan dingin hule akan berwujud tanah. Ia pun
berpendapat bahwa di dunia ini tidak ada ruang yang hampa menurutnya jika ada
ruang yang hampa maka dengan sendirinya akan terisi ether yang bersifat immaterial. Ajaran
yang penting dari Aristoteles adalah bahwa untuk mencari kebenaran harus
didasarkan logika sehingga ia dikenal sebagai rasionalisme. Konsep pentingnya adalah
orang yang pertama kali melakukan pengklasifikasian hewan dan mengemukakan
konsep Abiogenenis (Generatio Spontanea).
I. Ptolemeus
(127-151 SM), Ia seorang filosuf besar setelah Aristoteles kopnsepnya adalah : Bumi
itu bulat dan seimbang tanpa tiang penyangga dan bumi sebagai pusat tatasurya (
mata hari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi ) dikenal dengan teori
Geosentris.
J. Ibnu
Sina (abad 11) dikenal sebagai ahli kedokteran
K. Ibnu
Choldun ahli sosiologi
L. Al
jebra ahli matematika
M. Al
Razi, seorang rasionalisme murni yang tidak percaya pada wahyu dan nabi karena
menurutnya dengan akal sudah cukup untuk dapat membedakan baik dan buruk, yang
berguna dengan yang tidak berguna dengan akal pula kita dapat mengenal Tuhan
sehingga menurutnya tidak perlu ada wahyu dan nabi. Ia dikenal sebagai ahli
kimia (penemu air raksa) dan pengobatan/kedokteran diakhir hayatnya matanya
buta karena terlalu banyak baca dan pengaruh dari reaksi kimia.
N. Ibnu
Rusdy ahli filsafat muslim yang menerjemahkan buku-buku yunani kedalam bahasa
Arab sehingga Arab menjadi pusat ilmu internasional yang kemudian alih bahasa
kedalam bahasa latin dan berkembang ke dunia barat sehingga terkenal dengan
pusat perpustakaan masjid Al Hamra Cordoba (spanyol).
O. Abu
Musa Jabir Bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak Kimia
P. Omar Khayyam, dikenal sebagai seorang ahli matematika dan
astronomi.
2.3 Perkembangan Pola Pikir Manusia
dalam Dunia Islam
Islam bukan hanya sekedar agama,
tetapi juga peradaban yang sangat luas menyebar dari Atlantik ke Pasifik dan
mencakup kehidupan banyak kelompok etnis termasuk Arab, Persia, Indo,
Palestina, Malaysia, China, Afrika, dan lain-lain. Peradaban yang luarbiasa ini
telah menghasilkan sejumlah gerakan spiritual, aliran, teknologi, filsafat dan
sains yang berada di peradaban besar terkaya lainnya dalam hal intelektual.
Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang pengaruh agama ialah;
terhadap wilayah pemikiran dan buah intelektual dari pohon yang tumbuh dari
akar agama Islam serta wahyu Al-quran sangat penting untuk menengok
berbagai aliran ini.
Penting untuk menyadari bahwa selama
berabad abad para pemikir muslim terkemuka menyumbangan kepada setiap generasi,
apa yang dapat mereka pikirkan membentuknya dengan kenyataan dan memecahkan
adalah baik yang menyangkut agama maupun yang berkenaan dengan dunia ini
berdasarkan Al-quran dan sunnah (hadits).
1. Spiritualitas Islam
Persoalan ini tentu berhubungan
dengan Al-quran dan asunnah (hadits) nabi. Hal ini berdasarkan pada makna batin
ayat-ayat firman Tuhan dan prilaku nabi yang berkenaan dengan kehidupan
batiniah dalam separuh, aspek tradisi Islam ini di kenal dengan Athariqah
Ilallah yang maknanya beerarti jalan menuju Allah diciptakan Tuhan sendiri
sehingga umat manusia yang melaksanakan syariah dan di saksikan sebagai muslim
pada saat yang sama juga dapat menjalankan kebijakan batiniah.
Agama Islam di bagi menjadi tiga,
Al-Islam, Al-Iman dan Al-ihsan atau kebijakan yang berarti keindahan jiwa
merupakan thariqah dan selama berabad abad mereka mengikuti jalan ini berusaha
memperoleh ihsan tentu saja dalam waktu yang cukup lama tahun hingga abad
sejarah Islam para pengikut tarekat sufi selama berabad abad di anggap mampu
memelihara perintah nabi sebagaimana aslinya yang menyangkut kesucian batin
sunnah, kebajikan, dalam jiwa manusia.
2. Teologi Islam
Disamping tradisi spiritual
sufi yang kaya beragam dalam Islam dan juga melahirkan bentuk teologi
yang ekstensif dan sulit berganti yang di kenal dalam pemikiran Islam sebagai
kalam, istilah ini yang mengacu kepada pemahaman Al-quran dan pembangun
pemikiran Islam ini adalah Ali bin Abi thalib setelah nabi Muhamad wafat,
masyarakat menghadap berbagai masalah tentu yang menurut pemikiran manusia yang
muncul di saat di konfontasikan dengan kehidupan beragam misalnya “Siapa yang
harus di selamatkan?” Dosa macam apa yang seseorang muslim?
Semua masalah tersebut beberapa di
antaranya bersifat teologi dan memiliki implikasi politik, kaum muslim tidak
memiliki pihak kecuali berusaha memuaskan teologi mereka sendiri baik karena tantangan
pemikir, filosos, dan teologi Kristen, Yahudi dan juga karena kebutuhan
internal masyarakat Islam sendiri.
Penting
bagi generasi muda, Islam yang tidak berkesempatan mempelajari tradisi intelektual
mereka sendiri, untuk menyadari berbagai madzhab pemikiran Islam apakah itu
teologi, ma’rifat, atau fiqh semua di ciptakan dan di petik dengan kesalahan
manusia dan di persembahkan untuk memahami kebijakan sunnah tuhan serta
mendasarkan diri mereka pada Al-quran dan sunnah yang penting adalah menyadari
bahwa Islam merupakan agama bukan hanya berisi hukum Tuhan yang mengatur
bagaimana manusia hidup tetapi juga sebuah tradisi intelektual yang luas
menunutun pemikiran manusia.
2.4
Perkembangan Pola Pikir Manusia Mengacu pada Perkembangan di Eropa
Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan
sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan
yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang
dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup
besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada
saat itu. Pada umumnya orang Romawi
sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah
para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain,
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologiae, abdi agama. Oleh
karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10,
di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang
dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya abad tengah,
ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa
penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan
bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air mulai
digunakan untuk menggiling jagung.
Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang perkapalan dan
navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal memperoleh kemajuan sehingga kapal
dapat digunakan lebih efektif. Alat-alat navigasinya pun mendapat kemajuan
pula. Kompas mulai digunakan orang di Eropa. Keterampilan dalam membuat tekstil
dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal
kapas.
Kemajuan lain yang penting pada masa akhir abad tengah adalah keterampilan
dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini berasal dari Cina dan dibawa oleh
orang Islam ke Spanyol. Di samping itu orang juga telah mengenal percetakan dan
pembuatan bahan peledak.
Berbeda dengan
keadaan di Eropa yang mengalami abad kegelapan. Sekalipun ada kontak yang intensif
antara muslim dengan dunia Barat yang masih berlanjut hingga kini sejak abad
yang lalu, hanya sedikit yang telah dilakukan oleh mereka tentang agama di
Barat. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, hanya sedikit sarjana muslim yang
menguasai bahasa-bahasa klasik dengan cukup baik untuk mempelajari sejarah
agama terutama di Barat, yaitu Kristen dan juga sangat sedikit yang mendalami
teologi dan pemikiran keagamaan Kristen.
Pola pikir manusia terus mengalami perkembangan yang diawali oleh rasa
ingin tahu (Kuriositas) terhadap berbagai gejala alam yang terus memperlihatkan
aktivitasnya dan terkadang membuat manusia menjadi cemas seperti bencana alam
gunung meletus, kebakaran, kekeringan , kebanjiran dan lain-lain. Hal ini
merangsang manusia untuk terus mencari jawaban dan terjadilah berpikir mitos
yang mengandalkan keyakinan untuk suatu kepuasaan. Sejalan dengan perkembangannya
berpikir mitos mulai dihubungkan dengan fenomena alam yang sebenarnya untuk
mendapatkan ramalan nasib manusia maka dikenal Psedeu Science atau juga dikenal Astrologi. Pada masa Yunani berpikir
mitos mulai ditinggalkan sehingga munculah pemikir-pemikir rasional (filsafat)
yang kebenarannya hanya atas dasar rasio sehingga muncullah konsep-konsep alam
yang sebagiannya saat ini masih dapat digunakan dan diakui kebenarannya. Dunia
Islam tidak kalah ketinggalan ketika filsafat Yunani mulai padam, Islam
bersinar di Persia melahirkan para filosuf muslim yang nama besarnya mendunia
karena karya-karyanya yang ilmiah yang sampai dengan saat ini masih dijadikan
referensi (rujukan) bagi perkembangan sains.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:
Rineka Cipta,1991
Heri,
Punama, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:
PT Rineka cipta, 2001.
http://marausna.wordpress.com/2010/04/19/perkembangan-pola-pikir-manusia-artikel/
http://mutiarafatur.blogspot.com/2011/01/perkembangan-pola-pikir-manusia-di.html
- Back to Home »
- My Task »
- Makalah ISBD: Perkembangan Pola Pikir Manusia Mengacu pada Mitos, Gejolak Dunia Islam dan Perkembangan di Eropa