Posted by : Unknown Jumat, 25 April 2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
        Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain(makhluk hewan dan tumbuhan).Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain, tubuh manusia lebih lemah, tetapi rohaninya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih kuat dan lebih maju di banding makhluk lain. Hal ini terbukti,saat inimanusia telah mampu menguasai dunia dan hewan. Itu semua dapat terjadi karena hanya manusia yang memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa yang terjadi disekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan pikiran manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan  tiada batas yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Perkembangan pola pikir manusia mengacu pada mitos
2.      Perkembangan pola pikir manusia di dunia Islam
3.      Perkembangan pola pikir manusia di Eropa

1.3  Tujuan

1.4  Manfaat




 

BAB ll
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mitos, Legenda dan Cerita Rakyat
Mitos adalah sebuah imajinasi dari manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala alam yang ada pada saat itu yang dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib. Namun, disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menjelaskan hal tersebut sehingga cenderung diidentikkan dengan seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta sesuatu yang berbau mistis. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu.
Legenda adalah sebuah cerita yang dirangkai secara turun temurun dan dipercayai oleh masyarakat karena terbukti secara logis dalam pendeskripsian ceritanya, cenderung mengemukakan kehadiran seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contohnya:
1.      Tangkuban perahu yang berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan kemarahan sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan pinta calon pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri.
2.      Sangkuriang
3.      La Madukelleng
4.      William Tell
5.      Lutung Kasarung
Cerita Rakyat  merupakan suatu peristiwa yang dikisahkan untuk menjelaskan akan terjadinya sesuatu yang ada dimuka bumi ini. salah satu contoh kisah rakyat yakni tangkuban perahu sebagai perwujudan kemarahan sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan calon pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri. Kisah bawang merah dan bawang putih yang telah kita kenal sejak dahulu dapat menjadi salah satu contoh dalam hal ini.
Contohnya :
1.      Malin Kundang
2.      Si Pitung
3.      Timun Mas

2.2 Perkembangan Pola Pikir Manusia Mengacu pada Mitos
Perkembangan alam pikiran manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam.
Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri :
a.         Memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
b.        Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
c.         Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
d.         Memiliki potensi berkembang biak.
e.         Tumbuh dan bergerak.
f.         Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.        Meninggal atau mati.
Manusia sebagai makhluk berpikir mempunyai hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Rasa ingin tahu manusia terus berkembang melalui pengamatan dan pengalaman inderawi sehingga mampu menemukan apa yang diinginkannya, tetapi karena memang manusia adalah mahkluk yang tidak mudah puas dengan apa yang telah mereka ketahui bahkan sering menemukan jawaban-jawaban yang tidak dapat memecahkan masalah dan tidak memuaskan dirinya, pada masa kuno sering mereka mencoba mencari-cari jawaban dengan mereka-reka bahasa untuk memuaskan dirinya terhadap fenomena alam yang dilihat, dirasakan, didengar maupun dicium oleh mereka. Misalnya apa pelangi itu? Sebenarnya mereka tidak mampu menjawab atas pertanyaan itu, tetapi untuk kepuasan maka mereka mencoba mencari-cari jawaban yang sekiranya dapat memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain, sehingga mereka menjawab bahwa pelangi itu adalah selendang bidadari yang sedang mandi, dari jawaban tersebut muncul pengetahuan baru yakni bidadari. Selanjutnya tentang pertanyaan mengapa gunung meletus? sekali lagi mereka tidak mampu menjawab tapi dengan alasan kepuasan mereka menjawab gunung itu meletus karena yang punya gunung sedang marah, dari jawaban itu muncullah pengetahuan baru yang punya gunung, sehingga mereka memperluas pengetahuannya dengan anggapan segala sesuatu itu ada yang punya, mereka percaya kalau laut itu ada yang punya, angin ada yang punya, pohon besar ada yang punya dan lain-lain. Oleh karenanya untuk menghilangkan rasa kecemasan dari yang punya gunung, laut, pohon besar dan lainnya tidak marah maka mereka melakukan upacara ritual baik dengan cara membaca mantra-mantra, gerakan-gerakan tarian, penyajian sesajen dan lain-lain. Pengetahuan-pengetahuan itu merupakan penggabungan dari pengalaman-pengalaman indrawi dan kepercayaan dan disebut dengan mitos. Cerita-cerita mitos itu disebut legenda. Mengapa mitos dapat diterima pada saat itu sebagai suatu kebenaran hal ini karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan inderawi, keterbatasan penalaran dan hasrat ingin tahunya yang segera ingin dipenuhi.
Rasa ingin tahu pada manusia adalah merupakan karunia Allah kepada manusia, sebagaimana firman Allah kepada Malaikat, bahwa Allah akan menciptakan seorang Khalifah (Adam as) di muka bumi, kemudian Allah mengajarkan Adam nama-nama seluruh ciptaan-Nya. Firman Allah SWT.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda-benda itu, jika kamu memang benar”.
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui, selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana”.
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu “.
 (QS al-Baqarah: 31,32 dan 33).
Beberapa keterbatasan alat indra manusia sebagai penyebab munculnya mitos adalah :
1.         Alat Penglihatan
Banyak benda yang bergerak sangat cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata, mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda berada pada tempat yang jauh mata kita tak dapat melihat dengan jelas.
2.     Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 - 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga puluh atau diatas tiga puluh ribu per detik tak terdengar.
3.     Alat Pencium dan Pengecap
Manusia hanya dapat membedakan empat jenis rasa, yakni manis, masam, asin dan pahit. Bau parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian.
4.      Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif atau tergantung pada kondisi sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat observasi yang tepat.
Mengapa mitos dapat diterima kebenarannya pada masa itu disebabkan beberapa faktor di bawah ini, yaitu :
a.          Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
b.         Keterbatasan penalaran manusia pada saat itu.
c.          Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Sementara berdasarkan sejarah perkembangan jiwa manusia baik secara individu maupun kelompok, menurtut Auguste Comte (1798 – 1857 M ) menjelaskan akan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu :
1.         Tahap Teologi/Fiktif
Pada tahap teologi atau fiktif, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.

2.         Tahap Filsafat/Metafisik/Abstrak
Tahap metafisika atau abstrak, merupakan tahapan manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri pada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat sesuatu.

3.         Tahap Positif atau Ilmiah Riil
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan.

Puncak perkembangan pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira 700 – 500 SM pada zaman ini mereka sudah mampu menelaah bentuk bumi sehingga mereka berpendapat bahwa bumi ini berbentuk setengah bola, bumi sebagai hamparan dan langit beserta bintang-bintang sebagai atap, bahkan yang lebih menakjubkan mereka sudah mengenal bidang edar matahari sehingga mereka tahu bahwa dalam setiap 365,25 hari matahari beredar kembali pada titik semula dan ini yang disebut waktu tahun.
Pengamatan terhadap angkasa raya memiliki daya tarik tersendiri pada masa itu, sehingga pengetahuan dalam bidang ini cukup pesat, maka munculah pengetahuan rasi-rasi perbintangan yang sekarang kita kenal yakni : rasi scorpio, rasi virgo, rasi pisces, rasi leo dan sebagainya rasi-rasi ini erat kaitannya dengan peramalan nasib manusia dan dikenalah dengan astrologi. Karena pengetahuan ini hanya bersifat peramalan, imajiner, dugaan dan kepercayaan maka pengetahuan ini disebut Pseudo science (sain palsu) yakni pengetahuan mitos yang dikaitkan dengan fenomena alam yang sebenarnya (mirip sebenarnya tetapi bukan sebenarnya). Sain palsu tersebut sangat berpengaruh pada para pemikir filosuf yunani seperti Thales ( 624-549) ia berpendapat bahwa bumi ini adalah sebuah piring yang terapung di atas air, ia pula yang pertama kali menggagas asal mula benda dan menurutnya semua kehidupan berawal dari air, hal ini merupakan awal pemikiran yang sangat besar karena mampu mengalihkan pemikiran mitos yang menganggap semua yang ada dibumi ini adalah ciptaan dewa, pengaruh pemikiran Thales ini telah menggiring pemikiran bangsa yunani untuk meninggalkan berfikir mitos secara perlahan-lahan. Generasi filosuf Yunani yang telah berhasil menyumbangkan buah pikirannya diantaranya adalah :
A.    Anaximander, Seorang pemikir kontemporer pada masa Thales. Dia berpendapat bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya separuh saja. Langit dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi, Ia berhasil membuat jam matahari yang menggunakan tongkat yang tegak lurus dipermukaan bumi, bayangan tongkat dijadikan petunjuk waktu (jam tongkat) pada tahun 70-an sering kita temukan jenis ini di masjid untuk pedoman waktu shalat.
B.     Anaximenes, (560-520) Ia berpendapat unsur dasar pembentuk benda adalah air, hal ini sependapat dengan Thales. Yang dikembangkan bahwa air merupakan wujud benda yang dapat berubah merenggang menjadi api, dan memadat menjadi tanah konsep ini menjadi awal kansep transmutasi benda.
C.     Herakleitos (560-470), Ia menyangkal konsep Anaximenes, menurutnya apilah yang menjadi dasar transmutasi benda, karena tanpa api benda akan tetap seperti adanya.
D.    Phytagoras (500 SM), Ia berpendapat bahwa sebenarnya yang menjadi unsur dasar pembentuk benda adalah terdiri empat unsur dasar yaitu tanah, api, udara dan air. Phytagoras sangat terkenal sebagai ahli matematika dan penemu Dalil Phytagoras
E.     Demokritos (460-370), Pendapatnya adalah bahwa suatu benda dibelah secara terus menerus akan menghasilkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Bagian terkecil itu disebutnya Atomos atau atom, istilah atom ini sampai saat ini masih dipergunakan sekalipun konsepnya tidak seperti lagi Demokritus.
F.      Empedokles (480-430 SM), Ia tergolong pendukung Phytagoras tentang empat unsur dasar pembentuk benda : tanah, air ,api dan udara. Dia mengembangkan konsep tersebut dengan mengenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak, kedua gaya tersebut dapat memisahkan atau menyatukan unsur dasar pembentuk benda tersebut.
G.    Plato (427-345 SM), Ia memiliki cara berpikir yang berbeda dengan filosuf sebelumnya, sebagai seorang sastrawan, ia tidak berpikir yang bersifat materialistik sebagaimana para filosuf sebelumnya. Menurutnya bahwa keanekaraman yang terlihat sekarang ini hanyalah sesuatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial. Gajah yang bertubuh besar yang kita lihat hanyalah copy atau duplikat belaka yang tidak sempurna, maka yang benar adalah idea gajah. Selanjutnya konsep ini dikenal dengan konsep alam idea Plato.
H.    Ariestoteles ( 384-322 SM), Ia seorang pemikir besar pada jamannya dan dikenal sebagai perangkum intisari konsep-konsep filosuf sebelumnya dan memperbaiki konsep-konsep yang dianggap tidak benar menurut pemikirannya yang selalu rasional dan Ia menjelaskan tentang Zat tunggal yang disebut Hule sebagai pembentuk dasar benda yang keberadaannya tergantung pada kondisi, sehingga ia dapat berubah menjadi tanah, air, udara dan api yang mengalami transmutasi akibat kondisi dingin, lembab, panas dan kering. Dalam kondisi lembab dan panas hule akan berwujud api, sedang dalam kondisi kering dan dingin hule akan berwujud tanah. Ia pun berpendapat bahwa di dunia ini tidak ada ruang yang hampa menurutnya jika ada ruang yang hampa maka dengan sendirinya akan terisi ether yang bersifat immaterial. Ajaran yang penting dari Aristoteles adalah bahwa untuk mencari kebenaran harus didasarkan logika sehingga ia dikenal sebagai rasionalisme. Konsep pentingnya adalah orang yang pertama kali melakukan pengklasifikasian hewan dan mengemukakan konsep Abiogenenis (Generatio Spontanea).
I.       Ptolemeus (127-151 SM), Ia seorang filosuf besar setelah Aristoteles kopnsepnya adalah : Bumi itu bulat dan seimbang tanpa tiang penyangga dan bumi sebagai pusat tatasurya ( mata hari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi ) dikenal dengan teori Geosentris.
J.       Ibnu Sina (abad 11) dikenal sebagai ahli kedokteran
K.    Ibnu Choldun ahli sosiologi
L.     Al jebra ahli matematika
M.   Al Razi, seorang rasionalisme murni yang tidak percaya pada wahyu dan nabi karena menurutnya dengan akal sudah cukup untuk dapat membedakan baik dan buruk, yang berguna dengan yang tidak berguna dengan akal pula kita dapat mengenal Tuhan sehingga menurutnya tidak perlu ada wahyu dan nabi. Ia dikenal sebagai ahli kimia (penemu air raksa) dan pengobatan/kedokteran diakhir hayatnya matanya buta karena terlalu banyak baca dan pengaruh dari reaksi kimia.
N.    Ibnu Rusdy ahli filsafat muslim yang menerjemahkan buku-buku yunani kedalam bahasa Arab sehingga Arab menjadi pusat ilmu internasional yang kemudian alih bahasa kedalam bahasa latin dan berkembang ke dunia barat sehingga terkenal dengan pusat perpustakaan masjid Al Hamra Cordoba (spanyol).
O.    Abu Musa Jabir Bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak Kimia
P.      Omar Khayyam, dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronomi.

2.3 Perkembangan Pola Pikir Manusia dalam  Dunia Islam
Islam bukan hanya sekedar agama, tetapi juga peradaban yang sangat luas menyebar dari Atlantik ke Pasifik dan mencakup kehidupan banyak kelompok etnis termasuk Arab, Persia, Indo, Palestina, Malaysia, China, Afrika, dan lain-lain. Peradaban yang luarbiasa ini telah menghasilkan sejumlah gerakan spiritual, aliran, teknologi, filsafat dan sains yang berada di peradaban besar terkaya lainnya dalam hal intelektual. Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang pengaruh agama ialah; terhadap wilayah pemikiran dan buah intelektual dari pohon yang tumbuh dari akar agama Islam  serta wahyu Al-quran sangat penting untuk menengok berbagai aliran ini.
Penting untuk menyadari bahwa selama berabad abad para pemikir muslim terkemuka menyumbangan kepada setiap generasi, apa yang dapat mereka pikirkan membentuknya dengan kenyataan dan memecahkan adalah baik yang menyangkut agama maupun yang berkenaan dengan dunia ini berdasarkan Al-quran dan sunnah (hadits).
1. Spiritualitas Islam
Persoalan ini tentu berhubungan dengan Al-quran dan asunnah (hadits) nabi. Hal ini berdasarkan pada makna batin ayat-ayat firman Tuhan dan prilaku nabi yang berkenaan dengan kehidupan batiniah dalam separuh, aspek tradisi Islam  ini di kenal dengan Athariqah Ilallah yang maknanya beerarti jalan menuju Allah diciptakan Tuhan sendiri sehingga umat manusia yang melaksanakan syariah dan di saksikan sebagai muslim pada saat yang sama juga dapat menjalankan kebijakan batiniah.
Agama Islam di bagi menjadi tiga, Al-Islam, Al-Iman dan Al-ihsan atau  kebijakan yang berarti keindahan jiwa merupakan thariqah dan selama berabad abad mereka mengikuti jalan ini berusaha memperoleh ihsan tentu saja dalam waktu yang cukup lama tahun hingga abad sejarah Islam para pengikut tarekat sufi selama berabad abad di anggap mampu memelihara perintah nabi sebagaimana aslinya yang menyangkut kesucian batin sunnah, kebajikan, dalam jiwa manusia.
2. Teologi Islam
Disamping tradisi spiritual sufi  yang kaya beragam dalam Islam dan juga melahirkan bentuk teologi yang ekstensif dan sulit berganti yang di kenal dalam pemikiran Islam sebagai kalam, istilah ini yang mengacu kepada pemahaman Al-quran dan pembangun pemikiran  Islam ini adalah Ali bin Abi thalib setelah nabi Muhamad wafat, masyarakat menghadap berbagai masalah tentu yang menurut pemikiran manusia yang muncul di saat di konfontasikan dengan kehidupan beragam misalnya “Siapa yang harus di selamatkan?” Dosa macam apa yang seseorang muslim?
Semua masalah tersebut beberapa di antaranya bersifat teologi dan memiliki implikasi politik, kaum muslim tidak memiliki pihak kecuali berusaha memuaskan teologi mereka sendiri baik karena tantangan pemikir, filosos, dan teologi Kristen, Yahudi dan juga karena kebutuhan internal masyarakat Islam sendiri.
Penting bagi generasi muda, Islam yang tidak berkesempatan mempelajari tradisi intelektual mereka sendiri, untuk menyadari berbagai madzhab pemikiran Islam apakah itu teologi, ma’rifat, atau fiqh semua di ciptakan dan di petik dengan kesalahan manusia dan di persembahkan untuk memahami kebijakan sunnah tuhan serta mendasarkan diri mereka pada Al-quran dan sunnah yang penting adalah menyadari bahwa Islam merupakan agama bukan hanya berisi  hukum Tuhan yang mengatur bagaimana manusia hidup tetapi juga sebuah tradisi intelektual yang luas menunutun pemikiran manusia.

2.4 Perkembangan Pola Pikir Manusia Mengacu pada Perkembangan di Eropa
Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang  Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya  abad tengah, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air mulai digunakan untuk menggiling jagung.
Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal­ memperoleh kemajuan sehingga kapal dapat digunakan lebih efektif. Alat-alat navigasinya pun mendapat kemajuan pula. Kompas mulai digunakan orang di Eropa. Keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas.
Kemajuan lain yang penting pada masa akhir abad tengah adalah keterampilan dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini berasal dari Cina dan dibawa oleh orang Islam ke Spanyol. Di samping itu orang juga telah mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.






Pola pikir manusia terus mengalami perkembangan yang diawali oleh rasa ingin tahu (Kuriositas) terhadap berbagai gejala alam yang terus memperlihatkan aktivitasnya dan terkadang membuat manusia menjadi cemas seperti bencana alam gunung meletus, kebakaran, kekeringan , kebanjiran dan lain-lain. Hal ini merangsang manusia untuk terus mencari jawaban dan terjadilah berpikir mitos yang mengandalkan keyakinan untuk suatu kepuasaan. Sejalan dengan perkembangannya berpikir mitos mulai dihubungkan dengan fenomena alam yang sebenarnya untuk mendapatkan ramalan nasib manusia maka dikenal Psedeu Science atau juga dikenal Astrologi. Pada masa Yunani berpikir mitos mulai ditinggalkan sehingga munculah pemikir-pemikir rasional (filsafat) yang kebenarannya hanya atas dasar rasio sehingga muncullah konsep-konsep alam yang sebagiannya saat ini masih dapat digunakan dan diakui kebenarannya. Dunia Islam tidak kalah ketinggalan ketika filsafat Yunani mulai padam, Islam bersinar di Persia melahirkan para filosuf muslim yang nama besarnya mendunia karena karya-karyanya yang ilmiah yang sampai dengan saat ini masih dijadikan referensi (rujukan) bagi perkembangan sains.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta,1991

Heri, Punama, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rineka cipta, 2001.

http://marausna.wordpress.com/2010/04/19/perkembangan-pola-pikir-manusia-artikel/
http://mutiarafatur.blogspot.com/2011/01/perkembangan-pola-pikir-manusia-di.html

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Blogger templates

Blogroll

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Copyright © Jejak Pena Kirana -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan